Menu Close

Rilis Kajian Bioenergi Forestry Study Club UGM

Sumber daya hutan Indonesia sangat melimpah dan sangat berpotensi sebagai salah satu alternatif sumber bioenergi untuk Indonesia. Hutan sebagai tempat penghasil kayu yang menyimpan banyak biomassa menjadikan kayu sangat berpotensi sebagai sumber bioenergi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Kementerian Kehutanan, karena menurut Wening (Sekretaris Badan Litbang Kehutanan), sektor kehutanan punya pengaruh besar dalam hal menggali dan menciptakan energi baru dan terbarukan. Sektor kehutanan yang mengelola 60% luas daratan Indonesia sangat potensial sebagai penyuplai bioenergi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Selain itu, sektor kehutanan memiliki kekayaan biodiversitas penghasil bahan baku, seperti buah dan biji, pati, dan kayu bernilai kalor tinggi. (www.litbang.menlhk.go.id).

Bioenergi memiliki beberapa karakteristik dibanding energi terbarukan lainnya. Umumnya, bioenergi baru tersedia setelah ada campur tangan manusia yang mengolahnya hingga dapat digunakan. Bioenergi dapat ditransportasikan dan disimpan untuk digunakan di tempat lain. Sementara energi terbarukan lainnya cenderung lebih banyak dimanfaatkan di lokasi diambilnya dan ketersediaannya tergantung pada alam. Bahan baku bioenergi juga tidak terbatas tersedia pada wilayah-wilayah tertentu. Bahan baku dapat diperoleh secara gratis dari alam ataupun membeli. Agar dapat dimanfaatkan secara lestari, bioenergi memerlukan pengelolaan yang baik (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI)

Laporan organisasi pangan dan pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO) pada 2016 menyatakan bahwa produksi bioenergi dari hutan merupakan salah satu opsi pencegahan perubahan iklim. Lebih dari setengah dari hasil produk kayu dunia (1.86 juta m3) digunakan sebagai sumber energi/bahan bakar. Menurut laporan FAO tersebut, penggunaan kayu yang efisien dapat memberikan sumbangsih besar bagi aksi pencegahan perubahan iklim. (Hutan dan bioenergi  Mengoptimalkan penelitian dan teknologi _ Kabar Hutan, blog dari CIFOR.htm).

Beberapa produk bioenergi dari sektor kehutanan, antara lain kayu bakar, briket arang dan pellet kayu. Menurut Ir. Rachman Effendi, M.Sc, wood pellet merupakan bioenergi, bahan bakar ramah lingkungan dengan emisi karbon 0%, yang telah diakui oleh UN (United Nations); dapat digunakan di pembangkit listrik untuk mengurangi emisi gas CO2; merupakan sumber energi dengan biaya yang relatif tinggi, tetapi ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk generasi masa depan. Dengan adanya industri wood pellet, dampak sosial dan ekonomi cukup banyak, secara luas akan terjadi peningkatan aktivitas perekonomian. Dengan adanya HTI untuk wood pellet, akan ada pabrik, pembangunan power plan, suplai listrik, pembangunan infrastruktur dan lapangan kerja. Selain itu, prospek pasar global wood pellet diproyeksikan akan tumbuh sebesar 200 s.d. 300% pada 2012-2020 (www.litbang.menlhk.go.id).

Selain itu, bioenergi dapat dihasilkan dari hutan dengan jumlah penebangan pohon minimum atau tanpa menebang sama sekali, antara lain menggunakan limbah organik seperti biji atau serasah sebagai sumber biomasa. Biji pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum) misalnya, berpotensi memproduksi bioenergi tanpa menimbulkan deforestasi. Biji nyamplung menghasilkan biji dengan kandungan minyak yang tinggi. (Hutan dan bioenergi  Mengoptimalkan penelitian dan teknologi _ Kabar Hutan, blog dari CIFOR.htm).

Dalam pengembangannya, bioenergi masih banyak mengalami kendala karena masih sporadis, belum sistematis, dan belum terintegrasinya kegiatan yang dilakukan oleh sektor terkait. Selain itu, tantangan konflik antara masalah ketersediaan pangan, suplai energi, dan persaingan antar berbagai kebutuhan juga dapat menjadi salah satu kendalanya. Sebagai upaya menjadikan sektor kehutanan sebagai pemasok energi yang cukup signifikan harus melakukan pembangunan dalam bidang teknologi, kontinuitas bahan baku, kepastian pasar/industri untuk kelangsungan usaha, infrastruktur pendukung, dukungan kebijakan (insentif dan subsidi), dan sosialisasi kepada masyarakat. (www.litbang.menlhk.go.id).

Pemanfaatan sumber daya hutan juga harus tetap diimbangi dengan upaya untuk tetap menjaga dan melestarikan sumber daya hutan agar dapat terus dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang (berkelanjutan). Salah satu contohnya yaitu upaya pembangunan hutan energi lestari di Kalimantan Tengah. Jimmy Wilopo, Satgas PPEBT KESDM, mengatakan bahwa, miniatur hutan dan kebun energi berkonsep bioenergi lestari dari hulu hingga hilir akan dibangun di tanah Pemerintah Kalteng. Miniatur hutan energi ini akan mendukung fungsi wisata, pendidikan, kampanye, dan pemberdayaan masyarakat. Wilopo menyebutkan, sejumlah tanaman penghasil bionergi yang memungkinkan di Kalteng, seperti akasia, ekaliptus, kaliandra, nyamplung, sagu, tebu, ubi jalar, sorghum, pome, kayu-kayuan dan kemiri sunan. (Menggantung Asa pada Bioenergi Lestari Kalteng – Mongabay.co.id.htm)

 

Ditulis oleh Divisi Pengkajian, Departemen Penelitian FSC UGM

 

Referensi:

Agustine, Irene. 2014. Pengembangan Bioenergi Berbasis Hutan: Ini Respons Pengusaha. http://industri.bisnis.com/read/20140804/99/247295/pengembangan-bioenergi-berbasis-hutan-ini-respons-pengusaha

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Buku Informasi Bioenergi. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Hartono dkk. Buletin Bioenergi: Berkah Semesta di Tanah Sumba. Direkorat Bioenergi, Ditjen EBTKE, Jakarta

Posted in Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.