Seiring bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan di sektor-sektor industri dan masalah lainnya mengakibatkan pemenuhan akan kebutuhan energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin besar. Berdasarkan data dilapangan, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional mencapai 1.600.000 barel perhari, sedangkan produksi minyak menurun sejak tahun 2014 yang hanya mencapai 300.000.000 barel dan diperkirakan cadangan minyak pada tahun 2050 kurang dari 100.000.000 barel dengan perkiran konsumsi minyak sebesar 1.000.000.000 barel (CNNIndonesia, 2017). Saat ini semua kebutuhan tersebut ditopang oleh energi fosil atau energi yang tidak bisa diperbaharui sehingga persediannya dialam semakin lama semakin menipis dan habis.
Masyarakat Indonesia dalam pemenuhan energi masih mengandalkan penggunaan energi fosil sebagai sumber energi utama. Komposisi konsumsi energi nasional Indonesia pada tahun 2015 yaitu BBM : 52,50%; Gas: 19,04%; Batubara: 21,52%; Air:3,73%; Panas Bumi: 3,01%; dan Energi Baru: 0,2% (Kholiq, 2015). Penggunaan BBM masih sangat dominan dengan mencapai lebih dari 50%. Konsumsi BBM yang besar dan produksi minyak sedikit akan mendorong pemerintah untuk mengimpor minyak dan pemerintah juga memberi subsidi BBM sehingga beban akan hutang semakin berat.
Indonesia harus mulai meninggalkan penggunaan energi fosil dan mengembangkan bioenergi sebagai energi alternatif. Alasan mendasar pentingnya bioenergi adalah sistem energi dunia sedang diupayakan dan beralih dari sistem energi fosil menjadi sistem energi terbarukan, biomassa adalah sumber energi terbarukan yang memiliki potensi terbesar menggantikan peran bahan bakar fosil disemua pasar energi. Energi seperti panas matahari, air, angin, panas bumi, ombak, dan nuklir hanya mudah dikonversi menjadi listrik. Penggunaan bioenergi lebih ramah lingkungan dari pada energi fosil. Dan pemanfaatan bioenergi dapat menggunakan teknologi yang dikembangkan untuk mendayagunakan sumber daya fosil (Soerawidjaja, 2010). Selain itu dalam segi ekonomi pengolahan bahan dasar menjadi bioenergi lebih menguntungkan daripada diolah menjadi barang selain bioenergi seperti gula (aren dan tebu).
Pengembangan dan implementasi energi terbarukan ramah lingkungan dinilai sangat penting untuk keberlangsungan semua makhluk hidup terutama manusia. Apabila energi Indonesia masih tetap bergantung pada energi fosil, maka akan menimbulkan beberapa ancaman serius diantaranya : semakin menipisnya cadangan minyak, harga mengalami kenaikan dan menjadi tidak stabil karena permintaan atau pun kebutuhan minyak yang tidak seimbang dengan produksi minyak serta semakin bertambahnya polusi gas rumah kaca (CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Kadar CO2 pada saat ini menjadi yang tertinggi selama 125.000 tahun belakangan. Karbon dioksida (CO2) yang banyak dapat mengakibatkan pemanasan global. Semua ini menjadi ancaman serius bagi semua maklukh hidup (Kholiq,2015).
Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber kekayaan nabati sudah seharusnya mengembangkan dan mengaplikasikan inovasi-inovasi tentang bioenergi pada kehidupan sehari-hari mulai dari penggunaan skala kecil sampai skala industri. Indonesia secara perlahan harus mengurangi konsumsi energi seperti minyak dan lainnya yang termasuk sumber energi tidak dapat diperbaharui. Kini saatnya energi terbarukan atau bioenergi menggeser dan mengambil peranan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan sumber energi sejenisnya sebagai sumber energi utama yang sebagian besar digunakan masyarakat.
Daftar Pustaka:
Agustiyanti. 2017. Indonesia Masih Bergantung Minyak Bumi 30 Tahun ke Depan. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171002202208-85-245665/indonesia-masih-bergantung-minyak-bumi-30-tahun-ke-depan. Diakses pada 27 April 2018.
Kholiq, Imam. 2015. Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk Mendukung Subtitusi BBM. Surabaya : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Vol. 19. No. 2. Hal 75—91
Soerawidjaja, Tatang H. 2010. Peran Bioenergi dan Arah-arah Utama LitBangRap-nya di Indonesia. Bandung : Lokakarya Gasifikasi Biomassa.