Indonesia memiliki sekitar 4000 jenis pohon yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu bangunan. Akan tetapi, hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%) yang memiliki nilai ekonomi dan 260 jenis yang telah digolongkan sebagai kayu perdagangan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 163/KPTS-II/2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu telah ditetapkan empat kelompok jenis kayu yaitu :
1. Kelompok jenis meranti/ kelompok komersial satu 2. Kelompok jenis kayu rimba campuran/ kelompok komersial dua 3. Kelompok jenis kayu eboni/ kelompok indah satu 4. Kelompok jenis kayu indah/ kelompok indah dua
Kayu Eboni (Diospyros celebica) mempunyai nama lokal kayu hitam atau kayu arang. Tanaman ini tergolong dalam suku Ebenaceae. Kayu eboni merupakan salah satu jenis flora endemik Pulau Sulawesi dan tidak pernah ditemukan tumbuh secara alami di luar Pulau Sulawesi. Tumbuh secara alami dan menyebar pada punggung-punggung bukit yang menunjang, dengan penyebaran di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Eboni merupakan salah satu jenis flora yang dilindungi. Kayu eboni termasuk salah satu jenis kayu yang sangat mahal dan kelas mewah. Selain keindahan serat dan warna kayunya, jenis ini memiliki kekerasan yang tinggi. Sehingga, dimasukkan ke dalam kategori jenis eksotik.
1. Ciri Umum
1.1. Warna Kayu
Kayu teras eboni berwarna hitam dengan garis-garis coklat kemerahan, kayu gubal berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai batas yang sangat jelas dengan kayu terasnya disebabkan oleh pengendapan zat ektraktif yang berasal dari sel-sel parenkim. Warna hitam dengan garisgaris coklat kemerahan pada kayu teras eboni nampak seperti lingkaran konsentris tidak teratur yang mirip dengan lingkaran pertumbuhan apabila dilihat dari penampang melintangnya. Warna hitam dan coklat kemerahan masing-masing dibentuk pada suatu periode waktu tertentu dan berselang-seling satu sama lain. Diduga bahwa warna hitam dan coklat kemerahan
terbentuk pada kondisi iklim yang berbeda sepanjang tahun atau sepanjang periode waktu tertentu.
1.2. Kilap dan Kesan Raba
Kilap adalah suatu sifat kayu yang dapat memantulkan cahaya dengan kata lain mempunyai sifat memperlihatkan kilau. Kilap kayu sebagian ditentukan oleh sudut datangnya sinar yang mengenai permukaan kayu, tipe sel yang menyusun kayu, dan tipe sel yang menyusun permukaan kayu. Kesan raba dapat dirasakan jika kita meraba permukaan kayu. Ada kayu yang jika diraba terasa licin, agak licin, agak kasar, dan kasar. Kesan raba ditentukan oleh tipe sel yang menyusun kayu. Semakin kecil diameter sel-sel yang menyusun kayu, maka semakin licin kesan raba. Kayu eboni memiliki permukaan yang mengkilap dan kesan raba yang licin.
1.3. Arah Serat dan Tekstur
Kayu eboni tergolong jenis kayu yang berserat lurus, memiliki panjang serat rata-rata 1,1 mikron dengan diameter serat 15,5 mikron, tebal dinding 3,3 mikron, dan diameter lumen 8,8 mikron. Panjang serat kayu eboni tergolong sedang dan diameter seratnya tergolong kecil. Tebal dinding serat tergolong sedang dan diameter lumen tergolong kecil. Kayu eboni memiliki tekstur yang halus sampai sangat halus. Tekstur kayu ditentukan oleh besar kecilnya rongga sel kayu dan keseragaman ukuran sel-sel yang menyusun kayu. Tekstur kayu juga disebabkan oleh besarnya pori dan jumlah pori per satuan luas. Semakin besar ukuran pori dan semakin banyak jumlah pori maka tekstur kayu semakin kasar.
2. Struktur kayu
2.1. Pori
Kayu daun lebar atau disebut juga kayu berpori memiliki ciri-ciri yaitu adanya pembuluh yang berfungsi sebagai saluran pengangkutan zat cair dari tanah ke seluruh bagian tajuk pohon. Kayu eboni memiliki pori yang sebagian besar soliter dan sebagian bergabung 2-4 dalam arah radial. Diameter pori 50-200 mikron dengan frekuensi 2-20 per mm2, berbentuk lonjong, dan berisi tilosis. Ukuran pori tergolong kecil sampai agak kecil dengan jumlah pori agak jarang yang menunjukan bahwa kayu eboni bertekstur halus.
2.2. Parenkim
Parenkim kayu adalah jaringan yang tersusun dari sel pendek berbentuk batu bata, berdiameter sama, dan kebanyakan memiliki noktah sederhana. Fungsi utama sel parenkim adalah untuk menyimpan cadangan makanan di samping sebagai saluran pengangkutan karbohidrat. Kayu eboni memiliki parenkim tipe apotracheal berupa pita tangensial panjang yang bergelombang dan agak rapat.
2.3. Jari-Jari
Jari-jari kayu adalah unsur-unsur yang arahnya transversal yang tersusun dalam struktur seperti pita memanjang dalam arah radial sepanjang batang pohon. Jari-jari kayu eboni sangat halus dengan frekuensi 16 per mm atau tergolong banyak, termasuk tipe jari-jari homoseluler yang sumbu panjang selnya berarah radial. Jika diamati pada penampang tangensial, jari-jari kayu eboni umumnya berseri satu atau juga berseri dua sehingga nampak sangat halus.
3. Sifat Fisik dan Kimia
3.1. Berat jenis, kekerasan, dan kelas kuat
Berat jenis kayu eboni berkisar antara 1,01 sampai 1,27 dengan rata-rata 1,1 termasuk kayu yang sangat keras. Jika kayu berkadar air 20%, berat 1 m3 kayu eboni sekitar 1,3 ton. Tingginya berat jenis ini disebabkan oleh proporsi rongga sel yang rendah sebagai akibat dari kecilnya diameter lumen. Karena kerapatan dinding selnya tinggi, kayu eboni termasuk jenis kayu yang sangat keras dan sukar diiris atau disayat. Ada hubungan linear antara berat jenis dan kelas kuat kayu. Semakin tinggi berat jenis, maka semakin kuat kayunya. Berdasarkan hubungan ini kayu eboni termasuk kayu kelas kuat I.
3.2. Penyusutan
Penyusutan kayu eboni dari keadaan titik jauh jenuh serat ke kering tanur adalah 6,2% dalam arah radial dan 8,7% dalam arah tangensial. Perbandingan antara penyusutan tangensial dan radial (T/R ratio) kayu eboni adalah 1,25. Walaupun T/R rationya rendah, tetapi penyusutan dalam arah radialnya sangat tinggi sehingga eboni mudah pecah jika dikeringkan pada kondisi yang keras.
3.3. Komponen Kimia
Kayu eboni memiliki kadar selulosa 46,5%, kadar lignin 28,5%, kadar pentosan 18,4%, kadar ekstraktif 7,1%, kadar abu 1,7%, kelarutan dalam air dingin 2,0%, kelarutan dalam air panas 4,1%, dan kelarutan dalam NaOH 1% sebesar 11,1%. Bedasarkan klasifikasi komponen kimia kayu Indonesia, kayu eboni termasuk memiliki kadar selulosa tinggi, kadar lignin sedang, kadar pentosan rendah, dan kadar ekstraktif tinggi. Ekstraktif kayu eboni mengandung zat-zat yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu. Kadar abu atau mineral-mineral dalam kayu eboni sebesar 1,7% tergolong tinggi dan kayunya sangat keras.
Sumber :
Kinho, Julianus. 2013. Mengembalikan Kejayaan Eboni di Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Manado. ISBN : 978-602-96800-3-4.
Rauf, A., Umar, Husein dan Wardah. 2016. Pertumbuhan Tanaman Eboni (Diospyros Celebica Bakh) Pada Berbagai Naungan. Jurnal Warta Rimba 4(2) hal. 9-14.